Heboh Tradisi Attumate di Takalar, Keluarga Jenazah Sumbangkan Perabotan Untuk Warga
GRB Project – Mengenal Tradisi Attumate, Kearifan Lokal Takalar yang Viral
Sebuah video yang memperlihatkan deretan perabot rumah tangga di depan rumah duka di Takalar, Sulawesi Selatan, menyita perhatian warganet. Video tersebut menampilkan suasana rumah duka yang ramai dengan warga dan dipenuhi perabot seperti lemari, ember, dan makanan. Tradisi ini dikenal sebagai Tradisi Attumate, yang mencerminkan budaya penghormatan dan rasa syukur dari keluarga jenazah kepada warga.
Dalam Tradisi Attumate, keluarga mendiang menyumbangkan barang-barang rumah tangga kepada warga yang turut membantu proses pemakaman. Mereka yang menerima adalah orang-orang yang telah memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan jenazah.
“Baca Juga: Fenomena PHK Massal Menjadi Masalah Sosial Tenaga Kerja di Berbagai Bidang Industri“
Menurut Safaruddin Salam, Ketua Karang Taruna Garudaya Desa Cikoang, tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Biasanya tradisi ini berlangsung di kalangan keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Barang yang diberikan tidak selalu mewah. Ada yang menyumbangkan ember, pakaian, sarung, hingga satu set lemari berisi makanan dan minuman. Semua tergantung pada kemampuan keluarga. Dalam wawancaranya dengan media lokal, Safaruddin menyebutkan, “Biasanya kalau di kota diberi amplop, tapi di sini diberi barang yang bisa langsung dipakai.”
Kehadiran Tradisi Attumate menunjukkan bahwa solidaritas sosial masih kuat di pedesaan. Kegiatan ini bukan hanya simbol penghormatan, tapi juga menjadi sedekah yang bermakna.
Prosesi dalam Tradisi Attumate tidak hanya berlangsung satu hari. Biasanya upacara berlangsung selama 40 hari 40 malam. Sejak jenazah dimakamkan, keluarga terus mengadakan pengajian dan berbagi barang-barang pada warga yang telah membantu. Penyerahan barang dilakukan setelah prosesi selesai.
Keluarga dekat, seperti anak atau sepupu almarhum, akan mengantarkan barang langsung ke rumah warga yang terlibat. Proses ini menunjukkan rasa terima kasih yang dalam atas bantuan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan adat pemakaman.
Camat Mangarabombang, Sudirman, membenarkan bahwa tradisi ini masih hidup di masyarakat. Ia menyebut bahwa komunitas keturunan Sayyid (atau Sayye’) adalah yang paling banyak menjalankan Tradisi Attumate. Namun, warga umum juga melakukan tradisi serupa dalam bentuk yang lebih sederhana.
“Biasanya keluarga Sayyid akan menyumbangkan tempat tidur, lemari, bahkan emas,” kata Sudirman kepada media. Barang-barang itu merupakan hasil patungan keluarga dan mencerminkan rasa hormat serta solidaritas mereka.
“Simak Juga: Kegiatan Relawan Dalam Membangun Komunitas Sosial yang Sehat“
Tradisi Attumate ditemukan di beberapa desa di Takalar, seperti Laikang, Cikoang, Punaga, dan Pattopakang. Masing-masing desa memiliki versi pelaksanaan yang sedikit berbeda, tergantung tradisi keluarga dan kemampuan ekonomi.
Di kalangan keluarga Sayyid yang berada pada strata sosial lebih tinggi, barang yang diberikan bisa mencapai perabot lengkap dan emas. Sementara warga lain menyumbang barang yang lebih praktis dan sederhana.
Perbedaan ini tidak mengurangi nilai budaya tradisi tersebut. Semua tetap berakar pada nilai saling menghargai dan berbagi antar warga.
Tradisi unik ini menjadi sorotan media dan netizen karena tampil berbeda dari adat pemakaman pada umumnya. Beberapa netizen bahkan mengapresiasi betapa besar peran gotong royong dalam prosesi ini.
Portal berita seperti GRB Project (grbproject.org) turut mengangkat fenomena ini sebagai bagian dari warisan budaya lokal yang perlu dilestarikan. Tidak hanya memuat nilai sosial, Tradisi Attumate juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya solidaritas dan penghargaan terhadap sesama.
Lebih dari sekadar pemberian barang, Tradisi Attumate menyampaikan pesan spiritual. Barang-barang yang diberikan merupakan simbol ikatan batin antara keluarga mendiang dan masyarakat sekitar. Masyarakat memandang pemberian tersebut bukan sebagai hadiah, tetapi sebagai tanda terima kasih dan pengakuan atas jasa mereka.
Di era modern, banyak nilai budaya lokal yang mulai luntur. Namun, keberadaan tradisi seperti ini membuktikan bahwa budaya gotong royong masih hidup di tengah masyarakat. Takalar menunjukkan bahwa adat tidak harus ditinggalkan, justru bisa menjadi kekuatan dalam menjaga keharmonisan sosial.
Tradisi Attumate adalah salah satu dari sekian banyak tradisi lokal yang masih bertahan di Indonesia. Keunikan tradisi ini patut mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah daerah maupun nasional. Pelestarian budaya seperti ini bisa menjadi langkah strategis untuk memperkuat identitas dan nilai kemanusiaan di masyarakat.
Melalui pemberitaan dari sumber media seperti GRB Project (grbproject.org), kita diajak untuk mengenal lebih dekat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi daerah. Tak hanya unik, Tradisi Attumate menjadi bukti nyata bahwa budaya bisa menjadi jembatan bagi solidaritas dan cinta kasih antar sesama.