GRB Project – Di tengah suasana politik yang dinamis, kehadiran Indonesia di Kaledonia Baru membawa warna berbeda. Tak sekadar diplomasi. Tapi juga budaya. Dalam rangkaian acara multikultural. Delegasi Indonesia menampilkan kekayaan kuliner. Seni pertunjukan. Dan kerajinan tangan. Antusiasme masyarakat lokal begitu tinggi. Ribuan pengunjung memenuhi lokasi acara. Mereka mencicipi makanan khas. Seperti rendang. Sate ayam. Dan es cendol. Beberapa pengunjung bahkan menyebut pengalaman ini sebagai “perjalanan rasa ke Indonesia”. Meski jauh dari tanah air. Kehadiran budaya Nusantara sangat terasa.
“Baca Juga : Kegiatan Komunitas Relawan Adipati di Colorado, Aksi Sosial Pengalaman Hidup”
Stan makanan Indonesia langsung dipadati sejak pagi. Aroma rempah-rempah menyebar ke seluruh arena. Membuat penasaran pengunjung lokal. Menu seperti nasi goreng. Gado-gado. Dan pempek menjadi favorit. Banyak yang terkejut dengan rasa otentik. Meski bahan lokal digunakan. Chef diaspora Indonesia menjelaskan proses memasaknya. Penggunaan bumbu khas. Seperti kemiri. Lengkuas. Dan daun jeruk menjadi kunci cita rasa. Pihak penyelenggara menyediakan lebih dari lima ribu porsi. Namun semuanya habis dalam hitungan jam. Bahkan ada antrean panjang. Di depan tenda masakan Padang. Menunjukkan betapa kuliner menjadi jembatan budaya paling efektif.
Penampilan seni tak kalah mencuri perhatian. Delegasi Indonesia menampilkan tari Saman. Kecak. Dan Jaipong. Setiap gerakan disambut tepuk tangan meriah. Penonton diajak ikut bergerak. Terutama dalam sesi interaktif tari Tor-Tor. Anak-anak lokal terlihat antusias menirukan gerakan penari. Musik gamelan dan angklung juga dimainkan. Menghadirkan atmosfer mistis namun harmonis. Banyak warga lokal yang belum pernah melihat langsung alat musik tradisional Indonesia. Beberapa bahkan mencoba memainkan angklung. Dan berfoto bersama para penari. Seni pertunjukan ini disebut “highlight” oleh panitia. Karena menyentuh emosi dan menghadirkan pengalaman yang membekas.
“Simak juga: Relawan Solid Dukung Luthfi–Taj Yasin di Boyolali”
Di area kerajinan. Beragam produk lokal dari berbagai daerah Indonesia ditampilkan. Batik. Tenun. Anyaman bambu. Dan ukiran kayu. Banyak pengunjung tertarik pada batik tulis motif kontemporer. Mereka menganggap desainnya unik dan cocok untuk busana sehari-hari. Pengrajin batik memberikan demonstrasi langsung cara membatik. Menggunakan canting dan malam panas. Anak-anak sekolah diajak ikut mewarnai. Dan membawa pulang karya mereka. Sementara itu. Kolektor lokal tertarik pada ukiran dari Jepara. Beberapa bahkan mengajukan pemesanan. Produk UMKM Indonesia berhasil menarik perhatian. Bahkan ada diskusi mengenai kemungkinan ekspor ke Pasifik Selatan.
Kehadiran Indonesia di Kaledonia Baru juga bagian dari strategi diplomasi budaya. Acara ini didukung penuh oleh Konsulat Jenderal RI di Nouméa. Mereka menyatakan bahwa pertukaran budaya adalah fondasi penting. Dalam mempererat hubungan antarbangsa. Indonesia ingin dikenal bukan hanya karena ekonomi. Tapi juga karena budayanya yang kaya dan toleran. Perwakilan pemerintah Kaledonia Baru mengapresiasi kontribusi Indonesia. Mereka berharap kerja sama ini bisa berlanjut. Dalam bentuk festival. Pertukaran pelajar. Hingga kolaborasi seni. Selain itu. Beberapa pihak mengusulkan agar program seni budaya Indonesia masuk dalam kurikulum sekolah. Sebagai bentuk pengenalan Asia Tenggara yang lebih luas.
Komunitas Indonesia di Kaledonia Baru merasa bangga. Mereka menyebut acara ini sebagai momen langka. Untuk menunjukkan jati diri bangsa. Banyak dari mereka yang telah menetap puluhan tahun. Tapi baru kali ini bisa tampil dalam skala besar. Anak-anak diaspora juga dilibatkan sebagai pemandu. Dan penerjemah selama acara. Ini memberikan pengalaman langsung. Sekaligus mempererat rasa nasionalisme generasi muda. Komunitas juga menggalang dana. Untuk mendukung kelangsungan kegiatan kebudayaan selanjutnya. Bahkan muncul gagasan mendirikan rumah budaya Indonesia. Sebagai pusat kegiatan seni. Bahasa. Dan kuliner secara permanen di wilayah Pasifik ini.