GRB Project – Konflik di Gaza kembali menelan korban jiwa. Namun kali ini, kabar duka datang dari Indonesia. Seorang dokter muda UIN asal Jakarta gugur di medan kemanusiaan. Ia adalah relawan medis yang dikirim ke Gaza. Namanya mulai viral di media sosial. Karena keberaniannya menolong korban perang. Dokter itu merupakan lulusan UIN Syarif Hidayatullah. Ia dikenal aktif dalam kegiatan kemanusiaan sejak kuliah. Bahkan sebelum berangkat ke Gaza. Ia telah tergabung dalam lembaga kemanusiaan internasional. Kepergiannya bukan bagian dari militer. Tapi murni misi kemanusiaan. Masyarakat Indonesia pun berduka mendalam.
Dokter muda ini bergabung dalam tim medis darurat. Bertugas di wilayah Khan Younis, Gaza Selatan. Lokasi itu termasuk zona merah dalam konflik terbaru. Di sana, ia membantu korban serangan udara. Merawat luka berat dengan fasilitas terbatas. Bahkan terkadang bekerja tanpa listrik dan air bersih. Tim medis tempat ia bertugas sangat kekurangan pasokan. Tapi semangat mereka tetap tinggi. Menyelamatkan nyawa jadi prioritas utama. Dalam beberapa hari pertama saja, ia sudah menangani ratusan pasien. Termasuk anak-anak dan ibu hamil. Sayangnya, serangan udara tak mengenal relawan. Ia gugur dalam serangan ke rumah sakit lapangan. Satu ledakan menghancurkan tenda medis tempat ia bertugas.
“Baca Juga : Batik Rianty: Dari Malioboro Menuju Catwalk New York”
Semasa kuliah di UIN Jakarta, ia dikenal sangat aktif. Terutama di organisasi kemanusiaan kampus. Ia juga menjadi penggerak donor darah dan penggalangan bantuan. Beberapa dosen menyebutnya sebagai mahasiswa teladan. Karena prestasi akademik dan empati sosialnya. Ia pernah menulis skripsi soal etika medis dalam konflik. Ketertarikannya pada isu kemanusiaan sudah tampak sejak dulu. Teman-temannya menyebut ia sangat religius. Tapi terbuka dan bersahabat dengan siapa saja. Tak heran banyak yang merasa kehilangan. Karena ia adalah teladan nyata generasi muda. Bukan hanya bicara soal perdamaian, tapi juga bertindak nyata.
Kabar gugurnya dokter ini menyebar cepat. Banyak tokoh nasional menyampaikan belasungkawa. Termasuk Menteri Luar Negeri dan rektor UIN Jakarta. Ucapan duka juga datang dari komunitas medis internasional. Mereka menyebutnya sebagai martir kemanusiaan. Pemerintah menyatakan akan memulangkan jenazah. Tapi kondisi di Gaza sangat sulit. Sehingga pemulangan itu belum bisa dipastikan. Sementara itu, keluarga besarnya di Jakarta terus menunggu kabar. Mereka mengaku ikhlas dan bangga. Karena anak mereka gugur dalam tugas mulia. Pemerintah juga akan memberi penghargaan anumerta. Sebagai bentuk penghormatan atas jasa luar biasa.
“Simak juga: Komunitas Relawan Peduli Hewan Jalanan, Inspirasi Kegiatan Untuk Pecinta Hewan”
Kisah dokter UIN ini jadi inspirasi baru. Bukan hanya soal keberanian. Tapi juga tentang makna kemanusiaan lintas batas. Banyak anak muda mulai menyadari pentingnya peran relawan. Terutama dalam krisis global seperti di Gaza. Beberapa organisasi sosial mulai menggelar acara doa bersama. Mereka mengenang perjuangan sang dokter. Sekaligus menggalang bantuan lanjutan untuk Gaza. Ia memang telah tiada. Tapi semangatnya masih hidup. Menyulut api solidaritas di hati banyak orang. UIN Jakarta juga berencana membangun monumen penghormatan. Di kampus tempat ia pernah belajar dan tumbuh. Agar kisahnya dikenang selamanya.