GRB Project – Sawitri kini mencuri perhatian di industri mode global. Model asal Yogyakarta ini meniti karier dari ajang lokal. Bukan dari ibu kota ataubesar. Tapi dari mimpi dan tekad kuat. Penampilannya khas dengan rambut ikal dan kulit sawo matang. Ia tak mengejar standar luar negeri. Justru tampil percaya diri dengan identitasnya sendiri. Dunia fashion akhirnya mengakui pesona uniknya. Ia melenggang di berbagai panggung mode internasional. Nama Indonesia pun ikut terangkat. Semua dimulai dari perjalanan yang sederhana.
Karier Sawitri bermula dari lomba modeling kecil. Acara itu berlangsung di pusat perbelanjaan lokal. Ia belum punya pelatihan formal. Tapi ia punya semangat dan daya tarik alami. Juri langsung terkesan dengan aura percaya dirinya. Setelah menang, ia direkrut agensi regional. Latihan pun dimulai secara intensif. Ia mempelajari teknik jalan, ekspresi, dan disiplin kerja. Tak lama, tawaran mulai berdatangan. Dari pemotretan katalog hingga acara runway nasional. Jakarta menjadi panggung awalnya. Tapi tujuan akhirnya jauh lebih besar.
“Baca Juga : Kegiatan Relawan Zakat Bengkulu Membuat Dapur Umum Untuk Korban Gempa Bumi”
Di setiap kesempatan, Sawitri selalu menunjukkan unsur budaya lokal. Ia kerap mengenakan batik atau kain tenun. Gaya berbusananya tidak lepas dari akar tradisi. Bahkan saat tampil di New York Fashion Week. Ia mengenakan aksesori berbentuk bunga melati. Desainer luar negeri pun ikut terpikat. Beberapa mulai melirik tekstil Indonesia. Semua berawal dari satu langkah berani. Ia membuktikan bahwa keaslian justru membedakan. Tak perlu meniru gaya asing. Justru jadi diri sendiri yang jadi nilai lebih.
Langkah besar datang dari Eropa. Sebuah agensi ternama menghubunginya. Tawaran kontrak datang setelah mereka melihat portofolionya. Awalnya ia sempat ragu. Namun dorongan dari keluarga menguatkannya. Proses seleksi berlangsung ketat dan panjang. Ia harus menunjukkan kemampuan dan komitmen. Akhirnya, ia lolos dan resmi bergabung. Sejak saat itu, berbagai proyek internasional datang silih berganti. Ia tampil di katalog merek mewah dan kampanye global. Namanya mulai muncul di media fashion ternama. Banyak yang menyebutnya sebagai wajah Asia masa depan.
“Simak juga: Generasi Abdi Surabaya: Tetap Setia Mendidik Meski Sulit Dipahami”
Hidup di negara asing membawa banyak ujian. Ia harus menyesuaikan diri dengan cuaca dan makanan. Selain itu, standar kecantikan berbeda. Tidak semua pihak menerima keunikan wajah Asia. Kadang ia harus menghadapi diskriminasi halus. Namun ia tidak menyerah atau mengeluh. Setiap sesi pemotretan dijalaninya dengan maksimal. Bahasa asing juga sempat jadi hambatan. Ia pun mengikuti kursus bahasa Inggris dan Prancis. Pelan-pelan, ia menjadi lebih percaya diri. Setiap tantangan dijadikan pelajaran. Setiap kritik dijadikan pemacu.
Keluarga menjadi fondasi yang kuat. Orang tuanya tak pernah menekan dengan ekspektasi berat. Mereka hanya ingin anaknya bahagia. Setiap video panggilan membawa semangat baru. Teman-teman masa kecil pun ikut memberi dukungan. Banyak yang membagikan pencapaiannya di media sosial. Komunitas lokal bangga dengan langkahnya. Bahkan, pemerintah daerah memberikan apresiasi khusus. Ia merasa tidak berjuang sendirian. Rasa memiliki dari tanah kelahiran memberi kekuatan besar. Rindu kampung halaman selalu hadir. Namun ia sadar bahwa misinya belum selesai.
Saat kembali ke Indonesia, ia tak lupa asal-usul. Beberapa kali ia tampil untuk brand lokal. Ia menjadi wajah utama koleksi busana muslim kontemporer. Selain itu, ia berpartisipasi dalam kampanye promosi tenun Lombok. Setiap proyek lokal dijalaninya sepenuh hati. Ia ingin membawa karya anak bangsa ke panggung dunia. Bukan hanya sebagai model, tapi sebagai duta budaya. Kolaborasi ini jadi bentuk rasa terima kasih. Ia merasa berutang pada tanah kelahirannya. Maka dari itu, kontribusi jadi pilihan.
Popularitas tidak membuatnya lupa pada nilai sosial. Ia aktif mengampanyekan body positivity. Perempuan muda diajak menerima diri apa adanya. Tak perlu memaksakan standar yang menyakitkan. Ia juga memberi pelatihan gratis di beberapa kota kecil. Pesertanya remaja perempuan dari latar belakang sederhana. Bersama timnya, ia ajarkan cara berjalan di runway. Juga bagaimana percaya diri di depan kamera. Program ini dijalankan secara berkala. Ia tak ingin sukses sendirian. Menurutnya, panggung itu cukup besar untuk semua orang.
Sawitri tidak berhenti pada pencapaian saat ini. Ia sedang merancang agensi model khusus untuk daerah. Fokusnya mencari talenta muda yang belum tersentuh. Ia percaya banyak bakat tersembunyi di pelosok negeri. Selain itu, ia juga menulis buku pengalaman. Buku tersebut ditujukan bagi calon model pemula. Isinya bukan hanya tips teknis. Tapi juga kisah jatuh bangun selama bertahun-tahun. Ia ingin pembacanya belajar dari prosesnya. Bukan hanya mengagumi hasil akhir. Misi ini dijalankan dengan penuh keseriusan.
Nama Sawitri kini masuk dalam daftar wajah berpengaruh. Majalah fashion terkemuka menyorot langkahnya. Ia disebut sebagai representasi kecantikan Asia Tenggara. Beberapa fotografer ternama memilihnya sebagai model utama. Ia dianggap ekspresif dan fleksibel di depan kamera. Setiap penampilan menghadirkan cerita berbeda. Dunia mulai membuka mata pada keberagaman. Ia adalah bagian dari perubahan itu. Perjuangannya membuka jalan bagi model lain. Tak perlu lahir di kota besar untuk punya mimpi besar. Yang dibutuhkan hanyalah konsistensi dan keberanian.
Sawitri kini menjadi panutan banyak perempuan muda. Setiap unggahannya mendapat respons positif. Ia sering menerima pesan dari penggemar remaja. Mereka bercerita tentang impian yang mulai tumbuh. Beberapa ingin jadi model, desainer, atau fotografer. Ia membalas beberapa pesan secara pribadi. Menurutnya, komunikasi kecil bisa jadi dorongan besar. Ia tidak hanya tampil di panggung. Tapi juga hadir sebagai inspirasi yang nyata. Dunia modeling kini terasa lebih terbuka. Semua berkat orang-orang seperti Sawitri.