GRB Project – Acara Festival Budaya Siswa dan Siswi SMP 1 Ciamis, Pakaian Adat dari Sabang Sampai Merauke
Siswa kelas IX SMPN 1 Ciamis mengadakan Expo 22 di lapangan sekolah mereka. Acara ini menjadi wadah untuk memamerkan ragam kebudayaan Indonesia dari berbagai daerah. Dengan tema Bhineka Tunggal Ika: Peran Seni dan Budaya dalam Membentuk Identitas Bangsa, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari. Expo tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan kesenian tradisional hingga teater.
Pantauan langsung dari GRB Project (grbproject.org), sembilan stan diisi dengan kebudayaan dari provinsi yang berbeda. Provinsi-provinsi tersebut adalah Lampung, Papua, Riau, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Bangka Belitung. Setiap stan dihiasi dengan ciri khas daerah masing-masing, mulai dari pakaian adat, makanan tradisional, hingga aksesori unik.
“Baca Juga: Alasan Menteri Nusron Wahid Bahas Penataan Tanah Harus Berbasis HAM“
Para siswa terlihat antusias mempersiapkan stan budaya mereka. Salah satu siswi, Nadhifa Aulia Humaira, mengenakan pakaian adat khas Lampung, yaitu Pepadun. Menurut Nadhifa, mereka memilih menampilkan budaya Lampung berdasarkan hasil undian kelas. Persiapan dilakukan dengan serius, melibatkan pencarian informasi dari internet, media sosial, hingga bertanya kepada orang asli Lampung yang tinggal di sekitar mereka.
“Kami banyak belajar dari berbagai sumber, seperti internet dan buku. Kami juga bertanya kepada guru dan kerabat asal Lampung. Semua dilakukan agar hasilnya maksimal,” kata Nadhifa.
Sementara itu, Zayra Ainnur Rofiq, siswi lainnya, mengaku senang bisa belajar lebih banyak tentang budaya Nusantara. Menurutnya, kegiatan ini membuka wawasan mereka tentang keberagaman budaya di Indonesia.
“Dari yang awalnya tidak tahu, kini jadi paham berbagai seni dan adat di Nusantara. Wawasan kami jadi semakin luas,” ujarnya penuh semangat.
Ketua Panitia Expo 22, Sudarman, menjelaskan bahwa setiap kelas diundi untuk menentukan daerah yang akan mereka tampilkan. Setelah itu, siswa diminta mempelajari secara mendalam tentang budaya daerah tersebut. Hasil pembelajaran tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk stan pameran yang menarik dan informatif.
“Setiap kelas menampilkan budaya berbeda. Mulai dari pakaian adat, makanan, seni pertunjukan, hingga aksesoris khas daerah. Semua dilakukan agar siswa memahami keberagaman Indonesia,” jelas Sudarman.
Expo ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai persatuan di tengah keberagaman. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, siswa diajak memahami bahwa perbedaan budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk mempersatukan bangsa. Sudarman menegaskan bahwa kegiatan ini adalah langkah awal untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan keberagaman di masa depan.
“Perbedaan itu ada bukan untuk memecah belah, tapi untuk menyatukan bangsa. Itulah inti dari Expo 22 ini,” pungkasnya.
“Simak Juga: Cerita Pengalaman Manis Relawan, Berikan Dampak Positif di Masyarakat“
Setiap stan di Expo 22 memiliki daya tarik tersendiri. Stan Lampung, misalnya, menampilkan dekorasi khas Pepadun dan makanan tradisional seperti seruit. Sementara itu, stan Papua menonjolkan aksesori dari bahan alami seperti kulit kayu dan bulu burung cenderawasih. Tidak hanya pameran, beberapa stan juga menampilkan tarian daerah yang dibawakan oleh siswa.
Expo 22 memberikan manfaat besar bagi siswa. Selain memperluas wawasan, kegiatan ini juga melatih keterampilan komunikasi dan kerja tim. Siswa belajar menyampaikan informasi kepada pengunjung, menjelaskan budaya daerah dengan percaya diri, dan bekerja sama dengan teman satu tim. GRB Project (grbproject.org) mencatat bahwa kegiatan ini menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk mengadakan acara serupa.
Dengan acara seperti ini, siswa SMPN 1 Ciamis tidak hanya belajar tentang budaya, tetapi juga memahami pentingnya toleransi dan persatuan. Keberhasilan Expo 22 menunjukkan bahwa pendidikan budaya adalah langkah penting dalam membangun generasi muda yang cinta Tanah Air.