GRB Project – Mendukung perempuan korban KDRT untuk bangkit butuh empati dan tindakan nyata. Banyak perempuan mengalami kekerasan rumah tangga tapi takut melapor karena stigma. Kita bisa mulai dari memberi mereka ruang aman untuk bercerita. Dengarkan tanpa menghakimi dan pastikan mereka tahu tidak sendiri. Banyak organisasi kini siap membantu dengan layanan hukum, psikologis, dan tempat perlindungan. Dorong mereka untuk mencari bantuan dan yakinkan bahwa mereka punya hak untuk hidup bebas dari kekerasan.
“Baca Juga : Kegiatan Aktivitas Komunitas Relawan Colorado: Contoh Aksi Sosial Volunteer”
Perempuan korban KDRT sering diam karena takut disalahkan. Kita bisa membantu dengan menciptakan lingkungan aman untuk mereka berbicara. Hindari komentar menyudutkan atau menyuruh mereka “sabar” karena itu justru menyakiti. Dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian. Berikan dukungan moral tanpa memaksa. Tanyakan apa yang mereka butuhkan saat ini dan beri pilihan, bukan perintah. Kadang hanya didengarkan saja sudah membuat mereka lebih kuat.
Banyak korban tidak tahu bahwa layanan konseling gratis atau murah tersedia di kota mereka. Kita bisa bantu dengan memberi informasi kontak lembaga yang tepat. Jelaskan bahwa konselor tidak akan menghakimi dan semua cerita bersifat rahasia. Jika perlu, temani mereka saat membuat janji pertama. Ada juga hotline darurat yang bisa dihubungi kapan saja untuk kasus mendesak. Semakin cepat mereka mendapat konseling, semakin cepat mereka pulih secara mental.
“Simak juga: Hukum Perdata vs Hukum Pidana: Apa Bedanya?”
Kalau korban sudah siap melapor, mereka sering bingung harus mulai dari mana. Kita bisa bantu dengan mendampingi mereka ke kantor polisi atau lembaga bantuan hukum. Jelaskan prosesnya secara sederhana supaya mereka tidak takut. Jika memungkinkan, carikan pendamping hukum yang berpengalaman menangani kasus KDRT. Beri semangat agar mereka yakin bahwa hukum ada di pihak korban. Tetap temani sampai proses selesai meski butuh waktu lama.
Kadang korban harus segera keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. Kita bisa bantu mencarikan tempat perlindungan sementara yang aman. Banyak panti perlindungan perempuan menyediakan kamar, makan, dan pendampingan psikologis. Pastikan lokasi aman dari pelaku dan hanya orang tertentu yang tahu alamatnya. Sampaikan bahwa tempat ini hanya sementara sampai mereka siap mandiri. Jangan lupa bantu urus kebutuhan dasar seperti pakaian, dokumen, dan makanan.
Kekerasan sering membuat korban kehilangan rasa percaya diri. Kita bisa bantu dengan memberi pujian tulus pada usaha kecil yang mereka lakukan. Ajak mereka ikut pelatihan kerja atau kegiatan komunitas supaya mereka merasa berharga. Jangan biarkan mereka merasa sendirian dengan masalahnya. Ingatkan mereka bahwa bisa bangkit bukan berarti harus sempurna sekarang juga. Yang penting adalah mereka sudah mau berusaha melangkah lagi.
Lingkungan sering jadi penghalang korban untuk bangkit karena stigma. Kita bisa mulai dengan mengedukasi tetangga, teman, dan keluarga tentang dampak KDRT. Jelaskan bahwa KDRT bukan aib korban tapi perbuatan salah pelaku. Ajak lingkungan untuk memberi dukungan alih-alih gosip atau menyalahkan. Semakin banyak orang paham, semakin mudah bagi korban untuk kembali hidup normal. Dukungan sosial membuat proses pemulihan lebih cepat.
Banyak komunitas penyintas KDRT yang rutin bertemu untuk berbagi cerita dan memberi semangat. Kita bisa ajak korban ikut supaya mereka punya teman senasib. Komunitas ini juga sering punya kegiatan seperti pelatihan kerja, kelas seni, atau terapi kelompok. Melihat orang lain yang sudah berhasil bangkit memberi inspirasi besar. Di komunitas mereka juga belajar cara melindungi diri kalau pelaku mencoba mendekat lagi. Semakin mereka merasa punya keluarga baru, semakin kuat mereka.
Kadang korban tidak tahu bahwa mereka punya banyak hak yang dijamin hukum. Kita bisa bantu dengan menjelaskan hak atas perlindungan, hak untuk melapor, dan hak mendapat ganti rugi. Banyak lembaga punya brosur atau panduan hukum yang mudah dipahami. Jelaskan pelan-pelan supaya mereka tidak bingung. Kalau perlu, hubungkan mereka dengan advokat atau LSM yang fokus pada hak-hak perempuan. Semakin tahu haknya, semakin percaya diri mereka melawan pelaku.
Pemulihan korban KDRT tidak selalu cepat. Ada yang butuh berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk benar-benar pulih. Kita harus sabar dan tetap memberi dukungan selama mereka butuh. Jangan paksa mereka untuk melupakan atau memaafkan kalau belum siap. Pastikan mereka tahu kita selalu ada saat mereka ingin berbagi cerita lagi. Proses panjang ini akan terasa lebih ringan kalau ada teman yang setia mendampingi.